Laman

Jumat, 31 Oktober 2014

One Eye, One Love



Ini adalah cerita yang gue tulis sendiri, gue nulis ini untuk orang-orang yang sok tulus mencintai tapi mewek pas di duain, mewek pas di bohongin, mewek pas pasangannya enggak peka, intinya cerita ini ngasih tau cinta yang tulus itu gimana. Peringatan ! Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan nama tokoh atau tempat kejadian, ya’ maklumin aja ya’ ! Dan juga kalo ada kekeliruan dalam tulisan atau ceritanya rada enggak nyambung atau jelek, ya maklumin juga, namanya juga amatiran hehe.

“ONE EYE, ONE LOVE”

Cinta adalah ciptaan Tuhan yang begitu luar biasa, seorang pujangga berkata dalam syairnya ;

“KATA PUJANGGA, CINTA LETAKNYA DI HATI. Meskipun tersembunyi namun getarannya nampak sekali. Dia mampu mempengaruhi pikiran, sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu menjadi emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cinta’lah yang mampu melunakan besi, menghancurkan batu karang, menghidupkan yang mati dan meniupkan kehidupan kepadanya, serta membuat budak menjadi raja. Inilah dahsyatnya cinta.” (Jalaluddin Rummi)

Jalaluddin Rummi dalam syairnya menjelaskan bagaimana keajaiban cinta, kekuatan cinta, dan keindahan cinta. Dalam syairnya dikatakannya cinta dapat mengubah sakit menjadi sembuh, lantas bagaimana orang yang tersakiti karena cinta ? Jawabannya ada pada cerita yang saya tuliskan, kisah cinta seorang manusia biasa yang memiliki cinta yang luar biasa, kisah ini berawal dari seorang pria bernama Zein Musthafa, dia seorang mahasiswa perantau dari Kalimantan yang melanjutkan jenjang pendidikannya di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Yogyakarta.

Zein adalah pria yang cukup digandrungi kaum hawa karena parasnya yang mempesona. Dia juga sering bergonta-ganti pasangan dalam kurung waktu yang singkat, namun meski sudah sering menjalani hubungan percintaan, dia sama sekali tak mengerti bahkan tak tahu apa itu cinta, sampai dia menemui seorang penyanyi caffe bernama Dessy.

Waktu itu Zein tengah berada di sebuah caffe dan sedang sendirian. Dalam keheningannya tiba-tiba suara gitar yang diiringi suara merdu dari Dessy memecah hening yang dirasanya. Zein tidak terlalu peduli dengan music yang mengalun di caffe itu, tapi saat penglihatannya beralih ke wajah Dessy, dia tercengang dan enggan berkedip. Dia merasa ada yang lain saat menatap gadis yang tengah menyanyi sambil membawa gitar ini, sebuah perasaan yang selama ini tak pernah dirasanya lalu muncul ke permukaan hatinya.


Zein larut dalam keindahan paras dan suara Dessy yang menyanyikan lagu “Heaven” dari Bryan Adams, setiap lirik yang dilantunkan Dessy seolah benar-benar membawa Zein ke dalam surga dan dia sedang menyaksikan bidadari yang menyanyi dengan merdunya . Posisinya duduknya tak berubah sepanjang Dessy berada di atas panggung, sampai Dessy memberi salam kepada pengunjung caffe, tanda bahwa penampilannya sudah usai, baru’lah Zein beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Dessy yang sedang berada di dekat panggung.

“Hai, maaf gue ganggu enggak ?” ucap Zein sambil menepuk bahu Dessy

“Oh enggak, ada apa ya’ ? Lo siapa ?” sahut Dessy yang nampak kebingungan

“Jadi gini gue mau kenalan aja kok, gue Zein” sambil menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak bersalaman

“Iya, Dessy” sahut Dessy sambil menyalami Zein

“Lo udah makan belum ?” tanya Zein

“Belum, kenapa ?” jawab Dessy

“Makan yuk di situ, gue yang bayar deh” kata Zein sambil menunjuk tempat duduknya tadi

“Oh enggak usah, makasih” sahut Dessy

“Enggak apa-apa kok, yuk makan bareng gue” bujuk Zein

Dessy pun akhirnya mengiyakan bujukan Zein, mereka berjalan menuju meja tempat Zein semula. Mereka berbicara banyak hal, dari pembicaraan ini Zein mengetahui kalau Dessy adalah anak broken home, orang tuanya bercerai saat dia baru masuk kuliah semester pertama, Dessy lebih memilih untuk ikut ibunya, Dessy tak punya saudara, dia memutuskan untuk berhenti kuliah lalu bekerja sebagai penyanyi caffe untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari.


Piring dan gelas kosong yang berada di hadapan Zein dan Dessy menjadi isyarat kalau momen indah bagi Zein ini, akan berakhir. Dan benar saja, Dessy lalu berterimakasih kepada Zein atas makanannya lalu dia pamitan pulang karena takut ibunya akan khawatir. Tapi sebelum Dessy meninggalkan tempat duduknya Zein melontarkan pertanyaan kepada Dessy.

“Besok lo manggung lagi enggak di sini ?” tanya Zein

“Enggak, gue cuman sabtu dan minggu di sini” jawab Dessy

“Oh gitu, iya deh” kata Zein

“Iya, gue pulang dulu ya’, bye” kata Dessy sambil beranjak meninggalkan Zein

Zein masih duduk di tempatnya menatap Dessy yang berjalan ke luar caffe, sampai bayangnya hilang di balik pintu. Masih terngiyang-ngiyang di telinganya suara Dessy pada saat menyanyi, dia lalu mengambil handphonenya lalu merubah ringtonenya menjadi lagu “Bryan Adams-Heaven” karena lagu ini selalu membuatnya teringat kepada sosok Dessy.

Berawal dari pertemuan pertama yang begitu berkesan untuk Zein, dia pun selalu datang saat kapan pun Dessy manggung di caffe itu. Seperti pertemuan yang pertama, pertemuan yang lainnya juga sama, Zein menjemput Dessy di bawah panggung, lalu mengajak makan yang disertai dengan obrolan-obrolan santai.

Hingga pada suatu pertemuan di hari minggu, saat itu pengunjung caffe sedang sepi, Zein duduk di tempat biasa dia berduaan dengan Dessy, sambil melihat Dessy yang sedang menyanyikan lagu “Risalah Hati” dari band Dewa19. Zein seolah terhipnotis oleh lirik-lirik lagunya yang menyayat hati, cintanya kepada Dessy yang dia pendam selama ini seolah tak sanggup lagi dia pendam.





Saat Dessy turun dari panggung, Zein menghampiri Dessy sambil membawa setangkai bunga yang dia ambil dari vas yang ada di meja makannya dan disembunyikannya di belakang badannya.

“Hai” sapa Zein ke Dessy

“Iya, kenapa ? Kok lo senyum-senyum gitu ?” balas Dessy

Zein kemudian memegang tangan kanan Dessy sambil berlutut dengan sebelah kakinya disertai tangan kanan Zein yang memegang bunga. Sontak apa yang dilakukan Zein membuat Dessy kaget dan kebingungan.

“Lo ngapain ?!” Dessy menjerit

“Des, gue enggak pernah tahu apa itu cinta, gue enggak pernah mengerti apa itu cinta, tapi saat pertama gue ngelihat lo, gue ngelihat cinta di wajah lo, dan selama ini buat gue cinta itu enggak ada artinya, tapi setelah mengenal lo, lo membawakan makna buat cinta gue yang enggak mengandung arti, tapi sekarang cinta ini berarti banget, dan gue cinta sama lo, lo mau enggak jadi cinta gue ?” Zein berkata sambil menatap mantap ke mata Dessy

Dessy diam tak bergeming, hanya kebisuan yang menjawab Zein. Dia membangunkan Zein yang berlutut di hadapannya, membenarkan jacket yang dipakai Zein, serta menyapu-nyapu rambut Zein.

“Zein, gue tahu lo orang baik, tapi maaf gue enggak bisa nerima lo, gue enggak mau jalani hubungan ini tanpa didasari cinta, gue enggak cinta sama lo Zein, gue harap lo mengerti” kata Dessy

Ucapan Dessy menjadi cambukan keras yang melukai hati Zein, karena selama ini dia belum pernah merasakan cinta yang seperti ini, ketika dia merasakannya malah tak dapat memilikinya. Zein hanya diam seribu bahasa di hadapan Dessy, wajahnya datar tak berkespresi, lalu tanpa sepatah kata dia memalingkan badannya lalu pergi meninggalkan Dessy.



Melihat Zein yang pergi tanpa sepatah kata pun menimbulkan siksaan di hati Dessy. Dia merasa bersalah karena menyakitinya tapi dia merasa lebih bersalah ketika dia memiliki Zein tanpa mencintainya. Hanya sebuah pesan singkat yang tak di balas berisikan kata “Maaf” yang dikirim Dessy kepada Zein.

Beberapa bulan sudah berlalu setelah kejadian itu, Zein kini hanyalah bangku kosong. Dia tak pernah lagi datang ke caffe tempat biasanya Dessy manggung. Hal ini semakin membuat Dessy merasa bersalah, rasa bersalahnya ini membuatnya sedikit frustasi. Dia mencoba mencari dan menghubungi Zein, namun hasilnya nihil, dia tak tahu harus berbuat apalagi, dia bisa saja memperbaikinya hanya saja Zein tak memberinya kesempatan.

Suatu waktu saat Dessy manggung di caffe tempat biasa dia manggung. Sebuah insiden menimpanya saat di atas panggung, senar gitar yang dimainkannya putus dan menghantam satu bola matanya. Kejadian itu cukup serius sampai Dessy dilarikan ke rumah sakit. Setelah diperiksa oleh dokter, rupanya hantaman senar gitar itu cukup kuat sampai merusak retina matanya dan mengakibatkan sebelah mata milik Dessy menjadi buta.

Kejadian yang dialami Dessy semakin membuatnya menderita. Dia semakin frustasi dengan berbagai penderitaan yang dia hadapi. Dia hanya bisa menangisi kehidupannya di atas ranjang rumah sakit. Dessy memegang tangan ibunya yang berada di sampingya, Dessy mencurahkan semua kesedihannya kepada orang yang melahirkannya ini. Ibunya hanya mengelus-ngelus kepala Dessy seraya menyabarkannya, sampai Dessy tertidur pulas.











Saat sinar matahari yang masuk dari jendela kamar rumah sakit mengenai Dessy, dia bangun dari tidurnya dan membuka kedua matanya. Dessy begitu histeris ketika dia merasakan kedua matanya berfungsi dengan normal, dia bisa melihat lebih jelas. Ibunya yang tertidur di dekatnya pun terkejut mendengar suara Dessy yang menjerit kegirangan.

“Mah, aku bisa melihat lagi !” jerit Dessy

“Iya, untunglah kemarin ada orang yang mau mendonorkan satu bola matanya untuk kamu” sahut ibu Dessy sambil tersenyum haru

“Hah, siapa mah ?” Dessy terkejut

“Mama enggak kenal sama orangnya” jawab ibunya Dessy

Keriangan Dessy seketika terhenti, lalu di kepalanya timbul lah sejuta tanya siapa orangnya yang mendonorkan matanya untuk Dessy. Dessy sempat mengira kalau Zein adalah pendonornya, tapi mengingat apa yang dilakukannya kepada Zein, Dessy menepis dugaan itu.

Mata Dessy kembali normal, begitu pula kehidupannya. Dia kembali menyanyi di caffe tempat biasa dia menyanyi. Tapi ada pemandangan lain di caffe tempatnya menyanyi, ada seseorang pria berambut panjang, berkumis dan berjenggot dengan kacamata hitam duduk di tempat biasa Zein duduk untuk melihat Dessy manggung. Fokus Dessy saat di panggu sedikit terusik dengan pria ini. Setelah selesai manggung Dessy mencoba menghampiri pria yang dari tadi memandanginya.

“Boleh duduk di sini ?” tanya Dessy sambil menunjuk tempat duduk yang ada di hadapan pria misterius ini

Tanpa ada suara hanya anggukan yang menjawabnya.

“Kok wajah lo enggak asing ya ? Kita pernah kenal sebelumnya ?” tanya Dessy

Lagi-lagi tak ada jawaban apa pun dari pria ini.

Dessy memberanikan diri untuk membuka kacamata hitam yang dipakai pria yang ada di hadapannya. Saat kacamatanya di lepas, kedua mata pria ini tertutup rapat, tapi Dessy dapat mengenali kalau pria ini sebenarnya adalah Zein.

“Zein ?! Lo Zein kan ?!” ucap Dessy sambil menggenggam erat tangan Zein

Zein tak menjawab dan tetap memejamkan matanya.

“Zein !!!! Jadi lo pendonornya ?! Zein jawab gue !!!” Dessy menjerit yang di sertai tangisannya

Zein tetap tidak menjawab dan tetap memejamkan matanya.

“Zein maafin gue !!! Maafin gue !!!” Dessy menjerit sambil berdiri untuk memeluk Zein

Lalu pelukan Dessy di tepis oleh tangan Zein, dan Zein menggiringnya kembali untuk duduk.

“Bukan salah lo, tapi salah gue. Gue yang salah, karena enggak mengerti bagaimana cara mencintai, padahal gue tetap bisa mencintai lo tanpa harus jadi milik lo, sekarang gue tahu kesalan gue, gue enggak tulus, gue mencintai lo dengan harapan lo mencintai gue juga, harusnya cinta yang tulus itu enggak kayak gitu, cinta yang tulus itu mencintai apa adanya, meski enggak memiliki, meski disakiti tapi tetap mencintai, sekarang saat gue tau caranya, gue enggak pernah sakit hati lagi, bahkan cinta gue semakin hari semakin besar, dan cinta gue yang besar ini cuman buat lo, gue cinta sama lo Des, apa pun itu meskipun lo enggak cinta sama gue, gue tetap cinta kok sama lo” Zein bicara dengan hanya membuka satu matanya yang berfungsi

Dessy bercucuran air mata mendengar perkataan Zein yang begitu menyayat hatinya. Dia langsung memeluk Zein dan merasakan menemukan cinta sejatinya, dia menemukan seseorang yang benar-benar mencintainya apa adanya dan apa pun keadaannya. Dessy merasakan mata Zein yang bersarang di matanya adalah bentuk ketulusan Zein yang tak mungkin terbalas olehnya, dan dia juga benar-benar merasakan cinta dari mata yang turun ke hati.

Itulah kisah ketulusan seorang Zein. Harusnya kita mencintai itu apa adanya, kita tidak mengharapkan kebaikan, kejujuran, kesetiaan, atau bahkan berharap dicintai apa adanya juga, karena harapan-harapan itulah yang membuat kita sakit hati ketika tidak mendapatkannya, dan sebagai  jawaban dari pertanyaan “lantas bagaimana orang yang tersakiti karena cinta ?” Takkan pernah ada orang yang tersakiti karena cinta, selama kita tulus mencintai, karena orang tulus mencintai takkan pernah sakit hati seburuk apa pun atau sejahat apa pun perlakuan orang yang dicintainya terhadapnya, dan orang-orang yang merasa tersakiti karena cinta, itu bukan cinta, tapi hanya nafsu belaka yang mengharapkan kebaikan, kejujuran, kesetiaan atau apapun itu dari pasangan. Jika anda merasa tersakiti oleh pasangan, jangan dulu menyalahkan pasangan, tapi tengok dulu ke dalam, seberapa tulus anda mencintai pasangan ? Atau hanya nafsu yang anda punya.

Senin, 27 Oktober 2014

Foto temuan mama..

Udah lumayan lama enggak mosting di blog, sebenarnya ada hal yang membuat produktifitas tulis menulis gue menurun, hal itu adalah tempat tinggal gue yang memiliki jaringan internet yang enggak kuat, entah itu di rumah gue sendiri atau pun di rumah kakek nenek gue, tapi yang gue enggak megerti adalah pas waktu shubuh-shubuh gue streaming itu lancar tapi kenapa d waktu lain malah ngadat ? Buka facebook aja kayak buka kaleng sarden pake gigi, SUSAH ! Gue udah gonta-ganti kartu modem dengan operator yang berbeda-beda tentunya, tapi nihil, SEMUA KARTU YANG GUE COBA JARINGANNYA KAYAK JAMBAN SEMUA ! (enggak sengaja kepencet caps lock), nah karena sinyal ini gue jadi kehilangan mood buat nulis, tapi hari ini Muhammad Fadhil santri paling ganteng di kebun binatang, baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (tiap pagi di WC) bakal cerita kejadian-kejadian konyol yang gue alamihari ini.

Jadi hari ini gue berangkat sekolah seperti santri pada umumnya, lengkap dengan baju koko, sarung, peci, dan sorban. Baru sampai di sekolah, gue menemukan hal yang paling gue benci, gue melihat temen-temen gue lagi pada sibuk nulis-nulis, karena itu tandanya ada PR, dan gue belum (atau lebih tepatnya enggak) ngerjain PR itu, tapi gue tetep woles, gue santai aja karena PRnya di kumpul sesudah jam istirahat pertama. Di jam pelajaran kedua ustadz yang ngajar keluar dan enggak balik-balik lagi, kesempatan buat gue untuk mengerjakan PR, di tengah gue lagi mengerjakan PR, wali kelas (ustadz yang ngasih PR) masuk ke kelas, secepat jambret yang kebelet mencret buru-buru gue sembunyiin kerjaan gue ini,gue sembunyiin karena takut kena marah dan kedua juga malu ngerjain PR di sekolah (Oh iya gue ngerjain PRnya nyontek punya temen). Awalnya gue mikir nih ustadz bakal minta PRnya di kumpulin, eh ternyata cuman mau ngumumin ada undangan buat sholat jenazah. Di moment duka (sholat jenazah) ini semua temen-temen gue pada kegirangan karena ini berarti bebas dari satu jam pelajaran dan terutama bebas dari ngumpulin PR tadi. Jadi enggak pake lama gue langsung berangkat ke rumah duka, awalnya gue mau pake motor gue bareng temen gue namanya Uji, tapi pas baru depan sekolah ban motor gue lagi-lagi kempes, iya akhir-akhir ini ban motor gue cukup sering bermasalah, sering bocor, mungkin harus di lapisi laurier anti kerut dan bocor (juga kering sepanjang malam) biar enggak bermasalah lagi. Melihat hal ini gue nyuruh Uji buat bawa motor gue sendiri dan gue ikut temen gue yang lain namanya Lathif. Sepanjang jalan gue nebeng sama Lathif ini, gue berasa kayak lagi yasinan, mulut gue baca zikir sampe berbusa karena nih orang bawa motor dengan kecepatan yang super biadabnya, dia sukses menciutkan nyali gue yang emang udah ciut. Pulangnya dari rumah duka gue ikut Uji, ogah gue ikut Lathif lagi, gue terlalu ganteng untuk meninggal dalam keadaan jomblo. Sebelum pulang gue neraktir Uji es dawet, di warung es dawetnya ini yang jualan nyebelin dan nyuci muka gue, BIKIN MALU ! Jadi pas gue udah mau bayar es dawetnya.

“Berapa mbak ?” tanya gue

“Lima ribu” dengan jawaban lantang dan Uji pun mendengarnya

Gue ngasih selembar gocengan, terus cabut. Pas udah deket sama motor gue yang gue parkirin enggak jauh dari warungnya, mbak-mbak yang jualan neriakin gue.

“Mas duitnya kurang ! Jumlahnya sepuluh ribu” dia teriak

Mendengar teriakan itu, Uji dengan puas menertawakan gue, gue hanya berbisik dalam hati “anjrit nih kang cendol, bikin malu gue aja !” gue balik ke warungnya dan ngasih selembar gocengan lagi.

Terus akhir-akhir ini sekolah pulang cepet mulu, gara-gara air keran gak jalan, jadi enggak bisa ngambil air wudhu, kalo enggak bisa wudhu ya’ enggak bisa sholat, jadi setiap mau dzuhur semua santri di pulangkan biar sholat di rumah masing-masing. Sebenarnya di sekolah gue ada sumur (Sumur Nuklir : Baca Postingan sebelumnya), tapi ini sumur setelah di gali buat memperdalam dan juga karena musim kemarau, keadaannya malah tambah parah, yang kotornya dari tingkat ketua kelas sekarang jadi tingkat wakil gubernur, item banget kayak kecap asin. Jadi ya karena itu gue pulang aja dan sholat dzuhur di rumah.

Hari senin juga adalah jadwal kursus bahasa Inggris gue, di tempat kursus ini gue sedikit berbeda dari yang lain, ya’ berbeda, gue berada di tengah kalangan kaum terpelajar, ada yang anak kuliahan, anak SMA, anak SMK, lah gue ? Anak mami. Jadi pas kursus hari ini gue rada enggak fokus dan denggak konsen, jadi enggak terlalu bisa menangkap apa yang di ajarkan, jadi ketidak fokusan dan ketidak konsenan gue ini terjadi bukan tanpa sebab, ini semua terjadi gara-gara gue lupa makan siang, jadi sepanjang kursus tadi perut gue kayak habis nelen handphone BlackBerry, kayak ada yang nge’PING!!! Mulu, bergetar ! (untung tidak berpotensi tsunami). Jadi minggu kemarin gue ngumpul PR buat kursus dan hari ini PR itu di bagi, jadi kalo mau buku PRnya itu kembali harus bikin statement atau pertanyaan dulu dalam bahasa Inggris, nah saat giliran buku gue mau di bagi sama Kak Dwi (Pengganti ibu Ris kalo ibu Ris’nya enggak ada : Baca postingan sebelumnya), kak Dwi manggil nama gue.

“Fadhil ! Make statement or question !” sambil memandang ke arah gue

“I’m hungry” gue ucapkan dengan wajah tak berdosa

Statement cerdas gue membuat kak Dwi dan seisi kelas tertawa dengan sukses.  Yah gue sering bercanda di kelas kursus bahasa Inggris ini, gue biasanya membawa materi stand up comedy ke kelas ini untuk menguji kadar kepecahan materinya, kalo misalkan pecah, gue bisa ngembangin materinya. Pecahnya materi-materi gue yang gue bawa di tempat kursus, berbanding terbalik dengan apa yang terjadi di sekolah, materi-materi gue jarang pecah di kalangan temen-temen gue di sekolah, kalo misalnya gue nyoba bawa materi gue dengan bercerita ke mereka itu, terus buat mereka enggak lucu, mereka akan tetap ketawa, mereka menertawakan ketidak lucuan gue, setiap ceritanya habis dan enggak lucu, mereka bakal saling menatap dan saling colek-colekan untuk memberi kode perintah “Ketawa woy ! Ketawa woy ! Ketawa !”. Tapi buat gue sih not problem ya, karena stand up comedy itu komedi cerdas, kalo penikmatnya enggak cerdas ya’ materi selucu apa pun enggak bakal pecah.

Setelah semua buku PR di bagi, kak Dwi menulis kata di papan tulis “America” dengan lingkaran besar yang mengelilingi kata-kata itu. Lalu kak Dwi memerintahkan kepada kami semua yang ada di kelas untuk menuliskan satu kata ketika mendengar nama Amerika, di papan tulis. Jawaban temen-temen gue macem-macem, Barack Obama lah, Liberty lah, LA Galaxy lah, gue entah kenapa saat maju ke depan gue nulis dengan tegas “Hamburger” mungkin karena alam bawah sadar gue yang tengah di rundung rasa lapar, padahal gue enggak suka burger, tapi kata yang gue tulis ini kayaknya banyak yang suka, terlihat dari tawa mereka ketika melihat kata yang gue tuliskan.
 
Pulang dari kursus bahasa Inggris, pas nyampe ke rumah, adzan magrib udah berkumandang, gue langsung sholat, habis sholat nonton tv sambil nungguin sholat isya, habis sholat isya gue nongkrong di ruang tengah bareng bokap sama nyokap. Lagi asik-asik nonton TV (baca : tipi) abah (panggilan bapak ala Banjar, sama kayak Sunda) gue, nyuruh gue buat beli es capuchino yang ada di komplek perumahan gue, gue langsung cabut setelah abah ngasih duit ke gue.

Sampai ke tempat rekomendasi mama gue buat beli ini es, tempatnya sepi banget, gelap banget, bernyamuk banget, di kelilingi pohon-pohon yang rindang banget, pokoknya serem banget. Pas gue nyampe ke tempat jualan esnya yang ada di depan rumah penjualnya itu, enggak ada yang jaga, gue panggil-panggil orangnya, lalu keluarlah sosok wanita berambut pendek dengan dress tangan pendek  selutut warna putih dengan aksen-aksen warna hijau, gue sempet kagum sama nih cewek karena mukanya mirip adek angkat gue, Arabic-Arabic gitu, tapi kekaguman gue itu cuman berlangsung sesaat, saat gue melihat senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya, awalnya gue sempet mikir ini cewek punya gangguan mental, tapi ternyata enggak ! Emang dianya yang aneh, senyumnya horror banget, aneh, misterius, ngeri deh pokoknya. Pas di rumah gue langsung nyeritain ke mama gue.

“Ma, yang jualan es ini….” Belum selesai ngomong udah di potong

“Kenapa ? Pasti senyumnya ?!” Sahut mama gue sambil senyum juga

“Iya dhi, aneh mukanya yang jualan itu” timpal abah gue

“Ah mama nih sengaja nyuruh beli di situ, ngeri tau !” kata gue

“Hahaha, mama aja sama abah mu ini ketawa mulu ngeliat mukanya yang enggak capek-capek senyum mulu, tapi kalo malam kayak gini ngeri juga sih” sahut mama gue

Gue masuk ke kamar buat nulis cerita ini untuk di posting di blog, pas lagi asik-asik ngetik, mama gue manggil dari luar kamar.

“Mas !!!”

“Iya ma ?” sahut gue smabil keluar kamar menuju ke arah nyokap

“Nih mama nemu foto kamu nih di dalam baju, udah basah tadi masuk ke mesin cuci” kata nyokap sambil misah-misahin fotonya (ukuran 3x4 6 lembar)

“Udah enggak apa-apa, sini fotonya !” pinta gue

“Jangan dulu !” kata nyokap

“Lah buat apa ?” tanya gue

Dan dengan wajah flat tak berdosa nyokap menjawab pertanyaan gue dan jawaban nyokap ini menjadi akhir bagian postingan ini, tanpa ekspresi nyokap gue menjawab.

“BIAR TIKUS PADA TAKUT”

Jumat, 17 Oktober 2014

Sebelum sholat jumat !



Entah bumi yang sudah semakin tua atau mungkin matahari memang sudah tidak muda lagi, akhir-akhir ini bumi enggak seterang dulu dan matahari enggak secerah dulu (panasnya sih tetep !), jadi akhir-akhir ini beberapa provinsi di Indonesia tengah dilanda kabut asap dan tidak terkecuali kota tempat gue tinggal. Tiap pagi (atau lebih tepatnya shubuh) tiap gue mau berangkat sekolah di jalanan gue gelagapan soalnya jalannya enggak keliatan, tiap malam gue engap-engapan kayak ikan lele habis di getok kepalanya karena susah nafas, susah tidur, susah dapat pacar juga #Plak. Kadang gue mikir asap ini berasal dari bakar sate masal atau merokok masal atau sunatan masal, enggak ngerti deh gue datangnya dari mana, yang jelas ini sangat-sangat mengganggu !

Walau pun sangat mengganggu, gue sebagai santri yang baik hati dan tidak sombong (kalo sama cewek cantik) gue mencoba melihat dari segala sudut dan dari segala sisi tentang kabut asap sialan ini ! Yang gue lihat adalah beberapa keuntungan yang di dapat dari kabut asap ini, pertama lo enggak perlu khawatir kalo lo tlat sekolah terus berangkat dengan terburu-buru, saking terburu-burunya lo lupa pakai celana, enggak usah khawatir ! Kabut ini akan senantiasa melindungi titit lo setidaknya sampai jam 8 pagi, karena setelah itu kabut yang tebal itu akan menipis. Keuntungan yang lainnya adalah ; tanah yang di bakar akan menjadi lebih subur, meningkatnya penjualan pedagang masker, meningkatnya pendapatan apotik dan rumah sakit, meningkatnya jadwal kerja tukang gali kubur, meningkatnya orang yang berdoa meminta hujan (padahal biasanya cuman jomblo yang berdoa minta hujan) biar lahan yang terbakar cepat padam, wah lumayan banyak deh keuntungan yang di dapat kalau melihat sisi baiknya, tapi karena ini kabut asap jadi ya’ sisi baiknya enggak keliatan deh.

Kemaren itu kabut asapnya yang paling tebal menurut gue, soalnya pas gue mau menuju ke pesantren gue jalanannya itu sumpah enggak keliatan apa-apa lagi, sampai gue aja kelewatan dari pesantren gue karena kabutnya ngalingin penglihatan gue.

Yah’ walau di dera kabut asap tebal tapi peroses belajar mengajar di pesantren berjalan dengan lancar, semua berjalan seperti biasa, para santri yang berharap pulang lebih cepat, para santri yang cuman di kelas pas istirahat karena enggak punya uang jajan, para santri yang iseng, jail dan usil (bukan gue ya’) tapi temen gue. Nah ngomongin santri usil nih ya’ kemaren itu gue mesan kopi pake es ke temen gue yang emang biasa di suruh-suruh dengan upah seribu perak, kadang dua ribu. Jadi pas istirahat gue minta beliin kopi pake es ke dia, gue upah seribu. Lama gue tungguin sampai jam istirahat kelar dan ustadznya udah masuk kelas dia baru nganterin kopi gue, pas dia masuk bawa-bawa kopi, untungnya ustadznya cuek-cuek aja enggak marahin, selamet deh gue ! Dia taroh tuh kopi di bawah meja gue deket dengkul gue (sekolahnya enggak pake bangku), tanpa basa-basi gue seruput tuh kopi walau pun sebenarnya kurang adab kalo minum pas lagi ada ustadz tapi emang kampret ! Gue tetep minum ! Gue nawarin ke Alfy yang emang duduk di sebelah gue, padahal gue nawarin cuman basa-basi aja eh ternyata dia malah nyeruput juga ! Terus gue nawarin lagi ke temen gue yang di belakang namanya Uji, dia sok nolak gitu, pikir gue ya udah, kopi gue taroh kembali ke belakang meja. Hampir setengah jam pelajaran udah berlalu gue sama Alfy menikmati bareng es kopi ini, dan kemudian di susul Uji yang ternyata juga pingin merasakan es kopi punya gue, gue kasih es kopinya ke dia, dia minum dengan santai, tapi setelah melepaskan gelas dari mulutnya tertuturlah kata dari mulut Uji dan dia bilang “Ah enggak manis, gue aduk dulu ye !” Uji pun mengaduk es kopi gue dengan pulpennya yang sering di emut-emutnya dan di pakenya buat ngorek kuping, setelah sukses mengaduk kopi gue dia nyeruputnya kembali lalu bilang “Nah ini baru manis” sambil balikin gelasnya ke gue, gue dan Alfy cuman saling bertatapan eneg sama kopinya, gue mau makai kalimat yang di ucapkan Alfy buat menutup cerita ini “Ah gue jadi males minumnya !”

Okey, Fadhilizer (Nama fans gue, itu pun kalo ada fansnya) dan pembaca setia semuanya, sampai di sini dulu postingan gue, gue mau sholat jumat dulu ke kota intan Martapura bareng Alfy. Dan buat cowok ingat pesan gue “Sholat jumat itu hanya untuk lelaki sejati dan lelaki yang tidak sholat jumat maka patut di curigai kelelakiannya”, sholat jumat nyok !

Senin, 13 Oktober 2014

Berlalunya masa liburan..



Hari ini hari pertama masuk kembali ke sekolah setelah seminggu sudah berlalu masa liburan sekolah gue, karena itu artinya uang jajan gue kembali dan masa-masa kelam ini segera berakhir. Jadi jujur gue suka libur tapi enggak suka kalo liburnya kelamaan apalagi kayak libur bulan ramadhan soalnya pas liburan itu gue enggak dapet uang jajan gitu, gue cuman di kasih duit kalo sekolah, kalo enggak ya' enggak di kasih, kadang pas libur setelah ulangan biasanya gue tetep PURA-PURA berangkat sekolah, gue berangkat dengan pakaian selayaknya seorang santri terus gue nongkrong di masjid sampai habis dzuhur baru pulang, naas emang nasib gue. Tapi selain karena uang jajan juga, liburan ini membuat gue sama sekali enggak peduli dengan kehidupan, gue lupa hari, lupa waktu, lupa diri, lupa ganti celana dalam, lupa nyiram bekas boker, (Enggak lah!), tapi beneran gue kalo liburan enggak peduli sama kehidupan sampai melupakan segalanya, kemaren-kemaren aja gue lupa jadwal kursus bahasa Inggris gue kapan ! Jadi kemaren itu ya' pas hari sabtu, habis sholat ashar gue cabut ke tempat kursus bahasa Inggris gue, gue liat mobil Ibu Ris guru pengajar bahasa Inggris gue ada markir di depan tempat kursus, gue mikir wah gue tlat datang nih ! Gue buru-buru menuju kelas, tapi gue liat dari jendela kelas enggak ada satu pun wajah yang gue kenali, gue ambil kesimpulan gue salah jadwal #Plak. Ya' udah gue pulang, tapi enggak langsung ke rumah, gue mampir dulu ke foodcourt "Kawasan Wisata Kuliner" enggak jauh dari tempat kursus gue, sebenarnya foodcourtnya ini udah lama ada tapi gue baru kali ini mampir ke sana, ya' cuman sekedar minum moca float yang rasanya kayak air ketek pakai gula terus di tambahin es krim vanila di atasnya, sumpah itu moca float enggak banget rasanya, gue yang tadinya mau sekalian makan jadi malah ilfeel gara-gara minum moca float rasa air ketek ini. Tapi sebagai seorang santri yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung (di WC tiap pagi) gue tetap perlahan-lahan menghabiskan minuman gue agar tidak menimbulkan kecurigaan penjualnya (padahal sebenarnya cuman enggak pingin rugi, udah keluar duit tapi enggak di habisin). Gue buka netbook gue sambil perlahan-lahan menghabiskan minuman gue, sambil browsing-browsing  gue perhatikan cewek-cewek yang lewat di depan gue, bukannya seneng jadi pusat perhatian cewek-cewek gue malah takut sambil ngomong dalam hati "Bukan, bukan gue copetnya !" emang walau udah tiga tahun lebih sekolah pesantren muka gue masih belum punya tampang santri yang ada malah tampang jambret. Karena risih mendapat pandangan-pandangan tak menyenangkan dari beberapa cewek, gue memutuskan untuk pulang, gue masukin netbook gue ke tas ransel gue, gue bayar minuman gue lalu pulang.

Karena tadi enggak makan jadi sebelum pulang gue mengarahkan motor gue ke rumah makan Padang yang enggak jauh dari komplek perumahan tempat gue tinggal, untungnya yang melayani gue adalah anak buah bosnya yang cowok, jadi sebelumnya gue lumayan sering beli masakan padang di sini dan pernah suatu waktu yang melayani gue ini istri dari pemilik rumah makan Padang ini, jadi sambil nyiapin pesanan gue dia godain gue gitu, dia senyum-senyum ke gue, gue jadi ilfeel di godain tante-tante.

"Bu, tambah fruit tea satu ya'" kata gue

"Oh iya" sahut tuh ibunya sambil menatap dan senyum mengarah ke gue

Pas pesanan gue udah siap

"Berapa bu ?" tanya gue sambil bongkar-bongkar bungkusan nasi Padang itu nyari fruit tea yang tadi gue pesan

"45 ribu mas" Sambil senyum lagi

"Bu fruit tea'nya udah di masukin ?" gue nanya sambil masih bongkar-bongkar bungkusan gue

"Udah kok mas"

"Kok eng" belum gue selesai ngomong tuh penjual masakan padang udah nyamber

"Ini dia fruit tea'nya" dengan nada kayak orang ngasih suprice sambil cengengesan

"hehehe' gue ketawa garing

Awalnya gue mikir mungkin tuh tante-tante emang suka becanda tapi dugaan gue salah hadirin dan hadirat yang di rahamati Alloh, gue mengetahui dugaan gue itu salah ketika ade gue, gue suruh beliin masakan Padang di rumah makan itu pas di buka bungkusannya isinya enggak sebanyak waktu gue beli, ini artinya nasi Padang yang gue makan dengan nasi yang super banyak itu enggak cuman di penuhi nasi tapi juga di penuhi modus, hasut dan tipu daya seorang tante-tante yang jualan masakan Padang.

Ya' jadi sehabis beli masakan Padang, gue cabut pulang, tapi pas masuk ke dalam komplek gue liat ada toko kaset baru buka, gue mampir lagi buat nyari CD (bukan celana dalam ya' tapi compact disc) film "breaking dawn part2" entah kenapa gue suka film-film twilight series ini, padahal nyesek lo liatnya, iya nyesek gue liatnya, soalnya di filmnya itu banyak banget pasangan-pasangan yang romantis, dikit-dikit ciuman, dikit-dikit ciuman, lah gue sebagai faqir asmara (alias jomblo kekurangan cinta) merasa envy ngeliatnya, lah gue ciumannya sama siapa ?#Plak. Tapi gue juga suka banget ngeliat Ashley Greene yang memerankan Alice Cullen, cewek tipe gue banget.

 

 (Ini nih Ashley Greene memerankan sebagai Alice Cullen, keren banget ya')

CD udah kebeli langsung gue keluar toko berjalan ke arah motor gue, siap-siap mau pulang. Tapi pas baru aja naik motor, lagi-lagi gue mengurungkan niat gue untuk pulang, gue mampir dulu ke ponsel yang ada di depan toko kaset itu buat beli batagor, menurut lo ? Ya' beli pulsa lah ! Pas gue di ponselnya enggak ada orang, setelah manggil-manggil keluar lah cewek yang jualan pulsa, gue cuman bisa nunduk sambil menelan ludah gue karena takut gue enggak bisa jaga mata, bukannya munafik ya' bro, tapi ini cewek anjrit bodynya sadis ! Sexy banget ! Montok pula ! Terus make baju ketat banget ! Gue nunduk bukannya sok suci atau jaga pandangan takut dosa, tapi takut kena gampar ! Kalo gue pelototin terus entar di sangka kurang ajar dan #Plak, padahal kalo seandainya gue pelototin tuh bodynya terus dia gampar gue karena kurang ajar, menurut lo siapa yang salah ? Gue ? Temen-temen gue ? Ikan lele peliharaan gue ? yah salah dia lah, berpenampilan enggak bener, gigi di pagarin, tetek di pamerin, gue mah sebagai cowok yang terakhir kali gue chek masih normal ya' mana tahan liat yang kayak gitu, yah gitu lah pokoknya !

Ya udah dulu deh, gue mau nyari angin dulu, kamar gue udah kayak sauna, panas banget soalnya nih cuacanya di Banjarmasin.