Ini adalah cerita yang gue
tulis sendiri, gue nulis ini untuk orang-orang yang sok tulus mencintai tapi
mewek pas di duain, mewek pas di bohongin, mewek pas pasangannya enggak peka,
intinya cerita ini ngasih tau cinta yang tulus itu gimana. Peringatan ! Cerita
ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan nama tokoh atau tempat kejadian, ya’
maklumin aja ya’ ! Dan juga kalo ada kekeliruan dalam tulisan atau ceritanya rada enggak nyambung atau jelek, ya maklumin juga, namanya juga amatiran hehe.
“ONE EYE, ONE LOVE”
Cinta adalah ciptaan Tuhan
yang begitu luar biasa, seorang pujangga berkata dalam syairnya ;
“KATA PUJANGGA, CINTA
LETAKNYA DI HATI. Meskipun tersembunyi namun getarannya nampak sekali. Dia
mampu mempengaruhi pikiran, sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh cinta
dapat mengubah pahit menjadi manis, debu menjadi emas, keruh menjadi bening,
sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan
kemarahan menjadi rahmat. Cinta’lah yang mampu melunakan besi, menghancurkan
batu karang, menghidupkan yang mati dan meniupkan kehidupan kepadanya, serta
membuat budak menjadi raja. Inilah dahsyatnya cinta.” (Jalaluddin Rummi)
Jalaluddin Rummi dalam
syairnya menjelaskan bagaimana keajaiban cinta, kekuatan cinta, dan keindahan
cinta. Dalam syairnya dikatakannya cinta dapat mengubah sakit menjadi sembuh,
lantas bagaimana orang yang tersakiti karena cinta ? Jawabannya ada pada cerita
yang saya tuliskan, kisah cinta seorang manusia biasa yang memiliki cinta yang
luar biasa, kisah ini berawal dari seorang pria bernama Zein Musthafa, dia
seorang mahasiswa perantau dari Kalimantan yang melanjutkan jenjang
pendidikannya di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Yogyakarta.
Zein adalah pria yang
cukup digandrungi kaum hawa karena parasnya yang mempesona. Dia juga sering
bergonta-ganti pasangan dalam kurung waktu yang singkat, namun meski sudah
sering menjalani hubungan percintaan, dia sama sekali tak mengerti bahkan tak
tahu apa itu cinta, sampai dia menemui seorang penyanyi caffe bernama Dessy.
Waktu itu Zein tengah
berada di sebuah caffe dan sedang sendirian. Dalam keheningannya tiba-tiba
suara gitar yang diiringi suara merdu dari Dessy memecah hening yang dirasanya.
Zein tidak terlalu peduli dengan music yang mengalun di caffe itu, tapi saat
penglihatannya beralih ke wajah Dessy, dia tercengang dan enggan berkedip. Dia
merasa ada yang lain saat menatap gadis yang tengah menyanyi sambil membawa
gitar ini, sebuah perasaan yang selama ini tak pernah dirasanya lalu muncul ke
permukaan hatinya.
Zein larut dalam keindahan
paras dan suara Dessy yang menyanyikan lagu “Heaven” dari Bryan Adams, setiap
lirik yang dilantunkan Dessy seolah benar-benar membawa Zein ke dalam surga dan
dia sedang menyaksikan bidadari yang menyanyi dengan merdunya . Posisinya
duduknya tak berubah sepanjang Dessy berada di atas panggung, sampai Dessy
memberi salam kepada pengunjung caffe, tanda bahwa penampilannya sudah usai,
baru’lah Zein beranjak dari tempat duduknya lalu mendekati Dessy yang sedang
berada di dekat panggung.
“Hai, maaf gue ganggu
enggak ?” ucap Zein sambil menepuk bahu Dessy
“Oh enggak, ada apa ya’ ?
Lo siapa ?” sahut Dessy yang nampak kebingungan
“Jadi gini gue mau kenalan
aja kok, gue Zein” sambil menyodorkan tangan kanannya untuk mengajak bersalaman
“Iya, Dessy” sahut Dessy
sambil menyalami Zein
“Lo udah makan belum ?”
tanya Zein
“Belum, kenapa ?” jawab
Dessy
“Makan yuk di situ, gue yang
bayar deh” kata Zein sambil menunjuk tempat duduknya tadi
“Oh enggak usah, makasih”
sahut Dessy
“Enggak apa-apa kok, yuk
makan bareng gue” bujuk Zein
Dessy pun akhirnya
mengiyakan bujukan Zein, mereka berjalan menuju meja tempat Zein semula. Mereka
berbicara banyak hal, dari pembicaraan ini Zein mengetahui kalau Dessy adalah
anak broken home, orang tuanya bercerai saat dia baru masuk kuliah semester
pertama, Dessy lebih memilih untuk ikut ibunya, Dessy tak punya saudara, dia
memutuskan untuk berhenti kuliah lalu bekerja sebagai penyanyi caffe untuk
mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
Piring dan gelas kosong
yang berada di hadapan Zein dan Dessy menjadi isyarat kalau momen indah bagi
Zein ini, akan berakhir. Dan benar saja, Dessy lalu berterimakasih kepada Zein
atas makanannya lalu dia pamitan pulang karena takut ibunya akan khawatir. Tapi
sebelum Dessy meninggalkan tempat duduknya Zein melontarkan pertanyaan kepada
Dessy.
“Besok lo manggung lagi
enggak di sini ?” tanya Zein
“Enggak, gue cuman sabtu
dan minggu di sini” jawab Dessy
“Oh gitu, iya deh” kata
Zein
“Iya, gue pulang dulu ya’,
bye” kata Dessy sambil beranjak meninggalkan Zein
Zein masih duduk di
tempatnya menatap Dessy yang berjalan ke luar caffe, sampai bayangnya hilang di
balik pintu. Masih terngiyang-ngiyang di telinganya suara Dessy pada saat
menyanyi, dia lalu mengambil handphonenya lalu merubah ringtonenya menjadi lagu
“Bryan Adams-Heaven” karena lagu ini selalu membuatnya teringat kepada sosok
Dessy.
Berawal dari pertemuan
pertama yang begitu berkesan untuk Zein, dia pun selalu datang saat kapan pun
Dessy manggung di caffe itu. Seperti pertemuan yang pertama, pertemuan yang
lainnya juga sama, Zein menjemput Dessy di bawah panggung, lalu mengajak makan
yang disertai dengan obrolan-obrolan santai.
Hingga pada suatu
pertemuan di hari minggu, saat itu pengunjung caffe sedang sepi, Zein duduk di
tempat biasa dia berduaan dengan Dessy, sambil melihat Dessy yang sedang
menyanyikan lagu “Risalah Hati” dari band Dewa19. Zein seolah terhipnotis oleh
lirik-lirik lagunya yang menyayat hati, cintanya kepada Dessy yang dia pendam
selama ini seolah tak sanggup lagi dia pendam.
Saat Dessy turun dari
panggung, Zein menghampiri Dessy sambil membawa setangkai bunga yang dia ambil
dari vas yang ada di meja makannya dan disembunyikannya di belakang badannya.
“Hai” sapa Zein ke Dessy
“Iya, kenapa ? Kok lo
senyum-senyum gitu ?” balas Dessy
Zein kemudian memegang
tangan kanan Dessy sambil berlutut dengan sebelah kakinya disertai tangan kanan
Zein yang memegang bunga. Sontak apa yang dilakukan Zein membuat Dessy kaget
dan kebingungan.
“Lo ngapain ?!” Dessy
menjerit
“Des, gue enggak pernah
tahu apa itu cinta, gue enggak pernah mengerti apa itu cinta, tapi saat pertama
gue ngelihat lo, gue ngelihat cinta di wajah lo, dan selama ini buat gue cinta
itu enggak ada artinya, tapi setelah mengenal lo, lo membawakan makna buat
cinta gue yang enggak mengandung arti, tapi sekarang cinta ini berarti banget,
dan gue cinta sama lo, lo mau enggak jadi cinta gue ?” Zein berkata sambil
menatap mantap ke mata Dessy
Dessy diam tak bergeming,
hanya kebisuan yang menjawab Zein. Dia membangunkan Zein yang berlutut di
hadapannya, membenarkan jacket yang dipakai Zein, serta menyapu-nyapu rambut
Zein.
“Zein, gue tahu lo orang
baik, tapi maaf gue enggak bisa nerima lo, gue enggak mau jalani hubungan ini
tanpa didasari cinta, gue enggak cinta sama lo Zein, gue harap lo mengerti”
kata Dessy
Ucapan Dessy menjadi
cambukan keras yang melukai hati Zein, karena selama ini dia belum pernah
merasakan cinta yang seperti ini, ketika dia merasakannya malah tak dapat
memilikinya. Zein hanya diam seribu bahasa di hadapan Dessy, wajahnya datar tak
berkespresi, lalu tanpa sepatah kata dia memalingkan badannya lalu pergi
meninggalkan Dessy.
Melihat Zein yang pergi
tanpa sepatah kata pun menimbulkan siksaan di hati Dessy. Dia merasa bersalah
karena menyakitinya tapi dia merasa lebih bersalah ketika dia memiliki Zein
tanpa mencintainya. Hanya sebuah pesan singkat yang tak di balas berisikan kata
“Maaf” yang dikirim Dessy kepada Zein.
Beberapa bulan sudah
berlalu setelah kejadian itu, Zein kini hanyalah bangku kosong. Dia tak pernah
lagi datang ke caffe tempat biasanya Dessy manggung. Hal ini semakin membuat
Dessy merasa bersalah, rasa bersalahnya ini membuatnya sedikit frustasi. Dia
mencoba mencari dan menghubungi Zein, namun hasilnya nihil, dia tak tahu harus
berbuat apalagi, dia bisa saja memperbaikinya hanya saja Zein tak memberinya
kesempatan.
Suatu waktu saat Dessy
manggung di caffe tempat biasa dia manggung. Sebuah insiden menimpanya saat di
atas panggung, senar gitar yang dimainkannya putus dan menghantam satu bola
matanya. Kejadian itu cukup serius sampai Dessy dilarikan ke rumah sakit.
Setelah diperiksa oleh dokter, rupanya hantaman senar gitar itu cukup kuat
sampai merusak retina matanya dan mengakibatkan sebelah mata milik Dessy
menjadi buta.
Kejadian yang dialami
Dessy semakin membuatnya menderita. Dia semakin frustasi dengan berbagai
penderitaan yang dia hadapi. Dia hanya bisa menangisi kehidupannya di atas
ranjang rumah sakit. Dessy memegang tangan ibunya yang berada di sampingya,
Dessy mencurahkan semua kesedihannya kepada orang yang melahirkannya ini.
Ibunya hanya mengelus-ngelus kepala Dessy seraya menyabarkannya, sampai Dessy
tertidur pulas.
Saat sinar matahari yang
masuk dari jendela kamar rumah sakit mengenai Dessy, dia bangun dari tidurnya
dan membuka kedua matanya. Dessy begitu histeris ketika dia merasakan kedua
matanya berfungsi dengan normal, dia bisa melihat lebih jelas. Ibunya yang
tertidur di dekatnya pun terkejut mendengar suara Dessy yang menjerit
kegirangan.
“Mah, aku bisa melihat
lagi !” jerit Dessy
“Iya, untunglah kemarin
ada orang yang mau mendonorkan satu bola matanya untuk kamu” sahut ibu Dessy
sambil tersenyum haru
“Hah, siapa mah ?” Dessy
terkejut
“Mama enggak kenal sama
orangnya” jawab ibunya Dessy
Keriangan Dessy seketika
terhenti, lalu di kepalanya timbul lah sejuta tanya siapa orangnya yang
mendonorkan matanya untuk Dessy. Dessy sempat mengira kalau Zein adalah
pendonornya, tapi mengingat apa yang dilakukannya kepada Zein, Dessy menepis
dugaan itu.
Mata Dessy kembali normal,
begitu pula kehidupannya. Dia kembali menyanyi di caffe tempat biasa dia
menyanyi. Tapi ada pemandangan lain di caffe tempatnya menyanyi, ada seseorang
pria berambut panjang, berkumis dan berjenggot dengan kacamata hitam duduk di
tempat biasa Zein duduk untuk melihat Dessy manggung. Fokus Dessy saat di
panggu sedikit terusik dengan pria ini. Setelah selesai manggung Dessy mencoba
menghampiri pria yang dari tadi memandanginya.
“Boleh duduk di sini ?”
tanya Dessy sambil menunjuk tempat duduk yang ada di hadapan pria misterius ini
Tanpa ada suara hanya
anggukan yang menjawabnya.
“Kok wajah lo enggak asing
ya ? Kita pernah kenal sebelumnya ?” tanya Dessy
Lagi-lagi tak ada jawaban
apa pun dari pria ini.
Dessy memberanikan diri
untuk membuka kacamata hitam yang dipakai pria yang ada di hadapannya. Saat
kacamatanya di lepas, kedua mata pria ini tertutup rapat, tapi Dessy dapat
mengenali kalau pria ini sebenarnya adalah Zein.
“Zein ?! Lo Zein kan ?!”
ucap Dessy sambil menggenggam erat tangan Zein
Zein tak menjawab dan
tetap memejamkan matanya.
“Zein !!!! Jadi lo
pendonornya ?! Zein jawab gue !!!” Dessy menjerit yang di sertai tangisannya
Zein tetap tidak menjawab
dan tetap memejamkan matanya.
“Zein maafin gue !!!
Maafin gue !!!” Dessy menjerit sambil berdiri untuk memeluk Zein
Lalu pelukan Dessy di
tepis oleh tangan Zein, dan Zein menggiringnya kembali untuk duduk.
“Bukan salah lo, tapi
salah gue. Gue yang salah, karena enggak mengerti bagaimana cara mencintai,
padahal gue tetap bisa mencintai lo tanpa harus jadi milik lo, sekarang gue
tahu kesalan gue, gue enggak tulus, gue mencintai lo dengan harapan lo mencintai
gue juga, harusnya cinta yang tulus itu enggak kayak gitu, cinta yang tulus itu
mencintai apa adanya, meski enggak memiliki, meski disakiti tapi tetap
mencintai, sekarang saat gue tau caranya, gue enggak pernah sakit hati lagi,
bahkan cinta gue semakin hari semakin besar, dan cinta gue yang besar ini cuman
buat lo, gue cinta sama lo Des, apa pun itu meskipun lo enggak cinta sama gue,
gue tetap cinta kok sama lo” Zein bicara dengan hanya membuka satu matanya yang
berfungsi
Dessy bercucuran air mata
mendengar perkataan Zein yang begitu menyayat hatinya. Dia langsung memeluk
Zein dan merasakan menemukan cinta sejatinya, dia menemukan seseorang yang
benar-benar mencintainya apa adanya dan apa pun keadaannya. Dessy merasakan
mata Zein yang bersarang di matanya adalah bentuk ketulusan Zein yang tak
mungkin terbalas olehnya, dan dia juga benar-benar merasakan cinta dari mata
yang turun ke hati.
Itulah kisah ketulusan
seorang Zein. Harusnya kita mencintai itu apa adanya, kita tidak mengharapkan
kebaikan, kejujuran, kesetiaan, atau bahkan berharap dicintai apa adanya juga,
karena harapan-harapan itulah yang membuat kita sakit hati ketika tidak
mendapatkannya, dan sebagai jawaban dari
pertanyaan “lantas bagaimana orang yang tersakiti karena cinta ?” Takkan pernah
ada orang yang tersakiti karena cinta, selama kita tulus mencintai, karena
orang tulus mencintai takkan pernah sakit hati seburuk apa pun atau sejahat apa
pun perlakuan orang yang dicintainya terhadapnya, dan orang-orang yang merasa
tersakiti karena cinta, itu bukan cinta, tapi hanya nafsu belaka yang
mengharapkan kebaikan, kejujuran, kesetiaan atau apapun itu dari pasangan. Jika
anda merasa tersakiti oleh pasangan, jangan dulu menyalahkan pasangan, tapi
tengok dulu ke dalam, seberapa tulus anda mencintai pasangan ? Atau hanya nafsu
yang anda punya.