Laman

Rabu, 10 Februari 2016

"Basah kelasku, basah selangkanganku"

Tadi pagi cuaca cukup mendung, setelah lama menunggu hujan yang tak kunjung turun, gue putuskan untuk berangkat sekolah. Iya’, gue berharap hujan turun, biar gue berangkat sekolah rada telat, nungguin hujan reda dulu, tapi sayang harapan gue pupus saat jam 7 tepat jalanan masih kering, dan enggak setetes pun hujan turun, karena enggak mau telat, ya gue berangkat dengan berat.

Sampai di sekolah saat jam pelajaran pertama berlangsung dan Ustadz baru datang, gue baru sadar kalau kitab gue ketinggalan. Gue keep calm aja seolah enggak terjadi apa-apa. Ketenangan gue enggak berlangsung lama, saat Ustadz tiba-tiba menatap ke arah gue, dan nanya “kitab kamu mana ?”, wajah teman-teman gue terlihat sangat sumringah karena tahu hal buruk akan menimpa gue.

“Kitab saya ketinggalan Ustadz,” sahut gue pelan

Enggak pakai basa-basi Ustadz nyuruh gue berdiri sebagai hukuman karena kecerobohan gue sendiri, teman-teman gue pada senang melihat gue dihukum, begitulah mereka. Sebenarnya gue bersyukur juga dihukum sama Ustadz, artinya gue punya sesuatu buat diceritain di blog ini, dan orang-orang pada senang dengan cerita-cerita kayak gini, penderitaan gue, bagi gue itu cukup lucu untuk ditertawakan.

Masih dalam hukuman gue, gue berharap ada kejadian menarik lagi yang terjadi setelah ini buat gue ceritakan. Entah sesholeh apa gue sehingga harapan gue benar-benar terkabul, saat istirahat pertama ketua kelas gue minta buat bersihin mushola yang juga emang jadi kelas kami, dikarenakan banyaknya hama binatang-binatang kecil yang bikin gatel, sebenarnya kehadiran hama ini enggak ganggu-ganggu amat, tapi cuman jadi alasan biar kami enggak belajar dan bisa seru-seruan.

Awalnya karena males bersih-bersih gue keluar dari mushola dan cuman nongkrong di teras, tapi ternyata lantai mushola disiram pakai air sabun sampai membasahi seluruh lantai dan membuatnya jadi licin. Gue di jendela mushola dari luar, seorang teman gue, Rizky Ramadhani melepaskan sarung dan baju koko yang dia pakai, sampai cuman makai celana bola dan baju kaos aja, lalu dia berseluncur di lantai mushola yang licin itu, melihat hal itu bikin gue tertarik buat ikutan. Tapi masih canggung karena saat itu cuman Rizky aja yang meluncur-luncur sendirian, perbuatan Rizky diiringi oleh temen gue yang lain, dia juga melepaskan baju koko dan sarungnya, sampai yang tersisa cuman celana pendek dan baju kaos. Gue mau ikutan tapi mikir jam pulang masih lama dan takut kena marah Ustadz, tapi enggak lama Ustadz datang dan enggak ada komentar yang artinya enggak ada masalah. Gue mulai melepaskan baju koko dan sarung gue, gue jalan-jalan dulu di dalam mushola untuk membiasakan diri dengan keadaan lantai yang udah benar-benar licin, saat gue rasa sudah siap untuk meluncur, gue jongkok dan menyandarkan badan gue di dinding mushola buat mendorong badan gue biar bisa melesat kencang, dan wussshhhhhhhhhh…..!!!! Gue meluncur dan terpental.

Gue liat temen gue Yani duduk di pinggir cuman ngeliatin, gue coba dekatin buat ngajak, awalnya dia enggak mau, tapi karena dipaksa, ditarik-tarik sama teman-teman gue yang lain dan udah terlanjur basah juga akhirnya dia juga ikutan. Di tengah mushola ada temen gue namanya Amin, dia berdiri sambil pegangan di pilar mushola, melihat hal itu gue kembali bersandar ke dinding mushola untuk mendorong badan gue, agar dapat meluncur ke arah Amin dan mencoba menjatuhkannya. Gue siap melesat, kaki gue udah ancang-ancang ambil posisi untuk mendorong badan gue dan, wusshhhhh….!!!! Gue meluncur dengan cepat, hampir menabrak kaki Amin tapi enggak nyampe, gue gunakan tangan gue untuk menarik kedua kakinya dan GUBRAK !!! Badan Amin terhempas ke ubin dengan diiringi gelak tawa teman-teman gue yang melihat kejadian itu, gue langsung menjauh tanpa rasa berdosa. Enggak lama setelah kejadian itu, dari pintu mushola ketua kelas gue Hafidz Khairiry berjalan masuk dengan santainya, seorang teman gue ngesleding tekel dia dari samping yang membuatnya jatuh, sesaat setelah Hafidz jatuh 2 teman gue saling menindihi badannya dengan brutal. Hari ini kelas benar-benar kacau.

Saat gue udah capek, gue pun membersihkan badan gue, gue ke kran di depan mushola yang biasa di pakai buat berwudhu untuk membersihkan badan gue yang penuh sabun sampai ke bagian selangkangan gue. Enggak lama setelah itu Ustadz datang, gue buru-buru makai sarung sama baju koko gue, padahal di balik sarung dan baju koko gue pakaian gue pada basah semua. Awalnya Ustadz datang buat ngajakin sholat dzuhur berjamaah, tapi melihat keadaan mushola yang basah dan enggak memungkinkan dipakai buat sholat dzuhur, lalu beliau balik ke kantor.

Melihat Ustadz yang balik ke kantor, gue ngambil tas sama helm gue buat buru-buru pulang. Dari jauh gue liat teman-teman gue yang lain pada pulang atau lebih tepatnya kabur satu persatu, melihat banyaknya santri yang pada pulang, Ustadz yang lain berdiri di depan kantor buat menghalau para santri yang mau pulang duluan, keberadaan Ustadz enggak gue hiraukan, gue lari sekencang mungkin menuju motor gue lalu pergi meninggalkan sekolah. Di tengah jalan hujan turun dan membasahi kembali pakaian gue yang memang sudah basah sebelumnya.

Sesampainya di rumah gue baru nyadar kalau lutut gue lecet, paha gue sakit, kaki gue penuh dengan lebam merah, muka gue ancur (itu emang udah dari sananya). Tapi dari sini gue belajar satu hal, seru-seruan bareng teman adalah pereda luka paling mujarab, walau enggak menyembuhkan, setidaknya lo bisa melupakan sejenak sakit yang lo derita.

Video gue saat menjatuhkan Amin, bisa lihat di instagram gue @ahmaddha_il , ini linknya :

https://www.instagram.com/p/BBmKqwRFxgV/

(Ini adalah foto gue saat meluncur untuk mencoba menjatuhkan teman gue si Amin)