Hai, masih bersama gue di
sini, udah lama blog ini enggak ada postingannya, ya’ emang karena gue males
nulis aja, tapi atas permintaan para pembaca yang setia bahkan gue enggak tau
kalau gue punya pembaca setia karena respon orang terhadap blog ini tidak begitu
menonjol jadi gue nggak nyangka kalau rupanya ada yang setia menunggu
postingan-postingan di blog ini, dan mulai hari ini gue akan menghidupkan
kembali blog yang sudah lama terbengkalai ini, gue juga mau ngucapin
terimakasih kepada para pembaca setia blog ini yang sudah ngasih support ke gue
untuk nulis kembali, dan ini buat kalian.
Di postingan ini gue bakal membahas tamu-tamu non manusia yang pernah datang ke rumah gue, gue mengangkat tema tersebut karena cukup sering melihat hewan-hewan berkeliaran di rumah gue, entah karena isi rumahnya yang kayak hutan atau karena penghuninya kayak orang hutan, entahlah ? Apa yang membuat para hewan-hewan itu bertamu ke rumah gue.
Pertama yang sering
dijumpai di rumah gue bahkan di rumah semua orang mungkin, adalah tikus. Ya’
gue cukup sering berurusan dengan tikus, pernah waktu itu di rumah kakek nenek
gue, ada tikus kecil sembunyi di bawah lemari, gue yang sudah mengetahui
keberadaannya bersiap dengan sapu dan baygon di tangan gue. Guna baygon di sini
adalah buat gue semprot ke bawah lemari lalu tikusnya keluar dan gue bisa
menyet tuh tikus. Gue sudah bersiap di posisi dengan sapu yang sudah siap
mengeksekusi tikus tak berdosa ini, saat baygon gue semprotkan wusshhhhh….!!!!
Tikus lari secepat tikus pada umumnya, tikus itu lari mengarah ke kamar om gue
yang kebetulan orangnya emang lagi di kamarnya juga, melihat gue lari dengan
wajah yang haus darah, om gue sontak kaget dan dia lebih kaget lagi ketika
melihat tikus yang mengarah ke arahnya berdiri. Dengan kecepatan secepat om-om
pada umumnya, om gue tiba-tiba langsung ada di atas ranjangnya dengan sigapnya,
lalu mencoba memukul tikus itu dengan (ehem !) HANDUK. Nafsu membunuh gue
sontak hilang melihat sikap om gue, coba lo pikir di mana logikanya tuh tikus
bakal menjumpai azalnya pada selembar handuk. Dan baru-baru ini gue jadi susah
mandi juga gara-gara tikus, jadi waktu itu masih di rumah kakek nenek gue juga,
ada tikus lewatin pagar rumah, sontak gue langsung ngambil sapu terdekat buat
mukul tuh tikus, kejar-kejaran tak terelakan, tikus berlari di antara pipa air,
dan pletak…!!! Tikus itu mendapat pukulan keras dari gue, tapi cuman sekali itu
doang gue mukul tuh tikus, bukan karena itu tikus sudah mati atau enggak
kekejar, tapi saat gue mukul tuh tikus, pukulan gue mengenai pipa air, dan
muncratlah dengan derasnya air dari pipa itu, gue pun dimarahin orang satu
rumah.
Tikus mungkin terlalu
mainstream ya’, tapi rumah gue juga pernah dihadiri seekor ular sanca yang
masih muda, gue tau dia muda bukan karena gue ahli ular, tapi keliatan dari
kumisnya yang belum numbuh. Jadi saat itu malam minggu kalo enggak salah, gue
lagi di ruang tengah nonton tv sambil rebahan, waktu itu udah tengah malam,
orang-orang rumah pada tidur semua. Pas gue bangkit dari posisi gue, gue jalan
ke arah dispenser yang letaknya di sebelah pintu kamar orang tua gue, lalu gue
minum, enggak pake gelas, tinggal mangap di bawah dispenser aja, itu udah jadi
kebiasaan gue. Setelah dahaga gue terpuaskan mata gue terfokus pada bagian
bawah pintu kamar orang tua gue, dan enggak gue sangka, seekor ular sanca
merayap ke arah engsel pintu kamar, karena kaget gue langsung ngetok pintu
kamar ortu, bokap bukain pintu dengan muka lesu yang masih ngantuk.
“Kenapa ?” kata bokap
“Ada ular bah !” sahut gue
panik
“DI mana ?” dijawab dengan
lesu
“Nih !” sambil gue nunjuk
ke bawah
Bokap yang tadinya di depan
gue secara tiba-tiba langsung berada di atas ranjang. Nyokap terbangun dan
langsung kaget karena liat ada ular. Semuanya panik, seisi rumah bangun dari
tidurnya. Saat itu gue enggak berani nangkap tuh ular, bukan karena gue takut
ular, tapi gue tau gimana cepatnya serangan ular yang sudah pasti enggak bisa
gue hindari. Pada akhirnya yang nangkap tuh ular adalah sepupu gue yang emang
tinggal bareng gue waktu itu. Dengan sigapnya dia menggenggam kepala ular itu,
lalu dimasukinnya ke dalam karung. Tugas selanjutnya adalah membuang itu ular,
dan tengah malam itu gue dan sepupu gue jalan bareng buat buang ular ke tempat
sampah.
Itulah cerita gue bersama
ular, tapi tenang ! Gue masih banyak cerita antara binatang dan rumah gue, ini
cerita baru aja kemarin kejadiannya. Jadi gue lagi nonton TV di rumah kakek
nenek gue, saat itu lagi ngumpul gue, nyokap, nenek, dan adek gue di ruang
tengah. DI keheningan siang itu, tiba-tiba suara-suara ribut dari belakang
rumah, “kayaknya biawak tuh” nyeletuk nenek gue, emang di lingkungan rumah
kakek nenek gue ini super duper banyak banget biawaknya. Gue tengok ke jendela
dan ternyata nampaklah sosok biawak berukuran kira-kira satu meter, lumayan
gede badannya. Melihat biawak itu gue langsung ke kamar kakek gue terus
bangunin kakek gue yang lagi tidur buat bantuin nangkap biawak, setelah kakek
gue siap, gue langsung nyamber kayu yang berserakan di sebelah rumah buat mukul
tuh biawak. Jadi strateginya adalah gue ngejar tuh biawak dari belakang rumah
kalo ada kesempatan gue pukul tuh hewan, lalu kakek gue di depan sudah siap
dengan karung terbuka buat menangkap biawak itu. Gue sudah siap di posisi,
pelan-pelan pintu belakang rumah gue buka, jantung gue berdegub makin kencang,
keringat segede biji jagung mengucur, setelah pintu terbuka sempurna, tanpa
ragu gue lari ke arah biawak itu dengan beberapa pukulan yang enggak
mengenainya, tapi gue berhasil menggiringnya ke tempat kakek gue, biawaknya semakin
cepat larinya dan semakin mendekati tempat kakek gue, pas sudah sampai di
tempat kakek gue, kakek gue melepas karung yang dari tadi dia pegang lalu lari
dengan indahnya. Gue tetap ngejar tuh biawak sampai tiga kali mengelilingi
rumah, pada kali ketiga gue berhasil mukul tuh biawak dan membuat larinya
terhenti, kepalanya gue penyet pakai tongkat yang gue pegang, gue teriak-teriak
manggil kakek gue, kakek gue datang dengan karungnya, ‘Masukin…!!! Masukin..!!!
Masukin..!!!” gue teriak dengan penuh nafsu, kakek gue malah cuman
gerak-gerakin karungnya biar tuh biawak masuk ke karung, lelah melihat keadaan
pada akhirnya gue memberanikan diri buat nyekek tuh leher biawak terus gue
sendiri yang masukinnya ke karung. Setelah biawak tertangkap, gue lalu muntah
dengan suksesnya karena tuh biawak e’ek pas gue pukul, dan e’eknya itu bau
banget, baunya sebau taik biawak. Gue duduk di kursi depan rumah sambil
ngos-ngosan, para warga datang karena mendengar keributan yang dari tadi gue
buat. Biawak itu pun jadi tontonan, dengan kakek gue yang seolah jadi
pahlawannya. Lalu kakek gue ngobrol ke orang-orang yang pada nontoni, dia
bilang “tadi udah mau saya tangkap tapi dianya lari”. Mau nangkap ? Biawaknya
lari ? Yang ada kakek gue yang lari.
Sekarang gue mau bahas yang
sejenis dengan biawak, tapi lebih kecil, cicak dan tokek. Ya’ cicak dan tokek,
mungkin lo udah biasa ngeliat cicak di rumah, tapi gue yakin lo pasti enggak
pernah ngelakuin hal yang gue lakuin. Jadi waktu itu pas gue kelar makan terus
gue nyuci tangan di wastafel, gue liat botol coca-cola ukuran gede yang kosong
dan di dalamnya ada seekor cicak dan tokek. Entah apa yang gue pikirkan saat
itu, tapi botol berisikan tokek dan cicak itu tanpa ragu gue isi dengan air di
keran sampai memenuhi seperempat botolnya. Setelah berisi air, botol itu gue
taroh di frezzer, lalu tuh botol gue tinggal tidur, esoknya pas mau sholat
shubuh gue cek tuh cicak dan tokek, ternyata beku ! Ya iyalah beku ! Orang
dimasukin ke frezzer, pas mau ngambil wudhu gue keluarin tuh botol, gue taroh
di samping rumah, dan sampai sekarang itu botol masih ada dan air di dalam
botol yang tadinya putih malah jadi merah, entah kenapa, yang jelas itu air
kayaknya enggak bagus untuk ibu-ibu hamil.
Ya itulah tadi sekilas
tentang hewan-hewan yang mampir ke rumah gue.