Laman

Senin, 27 April 2015

Come Back (Tamu Non Manusia)



Hai, masih bersama gue di sini, udah lama blog ini enggak ada postingannya, ya’ emang karena gue males nulis aja, tapi atas permintaan para pembaca yang setia bahkan gue enggak tau kalau gue punya pembaca setia karena respon orang terhadap blog ini tidak begitu menonjol jadi gue nggak nyangka kalau rupanya ada yang setia menunggu postingan-postingan di blog ini, dan mulai hari ini gue akan menghidupkan kembali blog yang sudah lama terbengkalai ini, gue juga mau ngucapin terimakasih kepada para pembaca setia blog ini yang sudah ngasih support ke gue untuk nulis kembali, dan ini buat kalian.

Di postingan ini gue bakal membahas tamu-tamu non manusia yang pernah datang ke rumah gue, gue mengangkat tema tersebut karena cukup sering melihat hewan-hewan berkeliaran di rumah gue, entah karena isi rumahnya yang kayak hutan atau karena penghuninya kayak orang hutan, entahlah ? Apa yang membuat para hewan-hewan itu bertamu ke rumah gue.


Pertama yang sering dijumpai di rumah gue bahkan di rumah semua orang mungkin, adalah tikus. Ya’ gue cukup sering berurusan dengan tikus, pernah waktu itu di rumah kakek nenek gue, ada tikus kecil sembunyi di bawah lemari, gue yang sudah mengetahui keberadaannya bersiap dengan sapu dan baygon di tangan gue. Guna baygon di sini adalah buat gue semprot ke bawah lemari lalu tikusnya keluar dan gue bisa menyet tuh tikus. Gue sudah bersiap di posisi dengan sapu yang sudah siap mengeksekusi tikus tak berdosa ini, saat baygon gue semprotkan wusshhhhh….!!!! Tikus lari secepat tikus pada umumnya, tikus itu lari mengarah ke kamar om gue yang kebetulan orangnya emang lagi di kamarnya juga, melihat gue lari dengan wajah yang haus darah, om gue sontak kaget dan dia lebih kaget lagi ketika melihat tikus yang mengarah ke arahnya berdiri. Dengan kecepatan secepat om-om pada umumnya, om gue tiba-tiba langsung ada di atas ranjangnya dengan sigapnya, lalu mencoba memukul tikus itu dengan (ehem !) HANDUK. Nafsu membunuh gue sontak hilang melihat sikap om gue, coba lo pikir di mana logikanya tuh tikus bakal menjumpai azalnya pada selembar handuk. Dan baru-baru ini gue jadi susah mandi juga gara-gara tikus, jadi waktu itu masih di rumah kakek nenek gue juga, ada tikus lewatin pagar rumah, sontak gue langsung ngambil sapu terdekat buat mukul tuh tikus, kejar-kejaran tak terelakan, tikus berlari di antara pipa air, dan pletak…!!! Tikus itu mendapat pukulan keras dari gue, tapi cuman sekali itu doang gue mukul tuh tikus, bukan karena itu tikus sudah mati atau enggak kekejar, tapi saat gue mukul tuh tikus, pukulan gue mengenai pipa air, dan muncratlah dengan derasnya air dari pipa itu, gue pun dimarahin orang satu rumah.

Tikus mungkin terlalu mainstream ya’, tapi rumah gue juga pernah dihadiri seekor ular sanca yang masih muda, gue tau dia muda bukan karena gue ahli ular, tapi keliatan dari kumisnya yang belum numbuh. Jadi saat itu malam minggu kalo enggak salah, gue lagi di ruang tengah nonton tv sambil rebahan, waktu itu udah tengah malam, orang-orang rumah pada tidur semua. Pas gue bangkit dari posisi gue, gue jalan ke arah dispenser yang letaknya di sebelah pintu kamar orang tua gue, lalu gue minum, enggak pake gelas, tinggal mangap di bawah dispenser aja, itu udah jadi kebiasaan gue. Setelah dahaga gue terpuaskan mata gue terfokus pada bagian bawah pintu kamar orang tua gue, dan enggak gue sangka, seekor ular sanca merayap ke arah engsel pintu kamar, karena kaget gue langsung ngetok pintu kamar ortu, bokap bukain pintu dengan muka lesu yang masih ngantuk.

“Kenapa ?” kata bokap

“Ada ular bah !” sahut gue panik

“DI mana ?” dijawab dengan lesu

“Nih !” sambil gue nunjuk ke bawah

Bokap yang tadinya di depan gue secara tiba-tiba langsung berada di atas ranjang. Nyokap terbangun dan langsung kaget karena liat ada ular. Semuanya panik, seisi rumah bangun dari tidurnya. Saat itu gue enggak berani nangkap tuh ular, bukan karena gue takut ular, tapi gue tau gimana cepatnya serangan ular yang sudah pasti enggak bisa gue hindari. Pada akhirnya yang nangkap tuh ular adalah sepupu gue yang emang tinggal bareng gue waktu itu. Dengan sigapnya dia menggenggam kepala ular itu, lalu dimasukinnya ke dalam karung. Tugas selanjutnya adalah membuang itu ular, dan tengah malam itu gue dan sepupu gue jalan bareng buat buang ular ke tempat sampah.

Itulah cerita gue bersama ular, tapi tenang ! Gue masih banyak cerita antara binatang dan rumah gue, ini cerita baru aja kemarin kejadiannya. Jadi gue lagi nonton TV di rumah kakek nenek gue, saat itu lagi ngumpul gue, nyokap, nenek, dan adek gue di ruang tengah. DI keheningan siang itu, tiba-tiba suara-suara ribut dari belakang rumah, “kayaknya biawak tuh” nyeletuk nenek gue, emang di lingkungan rumah kakek nenek gue ini super duper banyak banget biawaknya. Gue tengok ke jendela dan ternyata nampaklah sosok biawak berukuran kira-kira satu meter, lumayan gede badannya. Melihat biawak itu gue langsung ke kamar kakek gue terus bangunin kakek gue yang lagi tidur buat bantuin nangkap biawak, setelah kakek gue siap, gue langsung nyamber kayu yang berserakan di sebelah rumah buat mukul tuh biawak. Jadi strateginya adalah gue ngejar tuh biawak dari belakang rumah kalo ada kesempatan gue pukul tuh hewan, lalu kakek gue di depan sudah siap dengan karung terbuka buat menangkap biawak itu. Gue sudah siap di posisi, pelan-pelan pintu belakang rumah gue buka, jantung gue berdegub makin kencang, keringat segede biji jagung mengucur, setelah pintu terbuka sempurna, tanpa ragu gue lari ke arah biawak itu dengan beberapa pukulan yang enggak mengenainya, tapi gue berhasil menggiringnya ke tempat kakek gue, biawaknya semakin cepat larinya dan semakin mendekati tempat kakek gue, pas sudah sampai di tempat kakek gue, kakek gue melepas karung yang dari tadi dia pegang lalu lari dengan indahnya. Gue tetap ngejar tuh biawak sampai tiga kali mengelilingi rumah, pada kali ketiga gue berhasil mukul tuh biawak dan membuat larinya terhenti, kepalanya gue penyet pakai tongkat yang gue pegang, gue teriak-teriak manggil kakek gue, kakek gue datang dengan karungnya, ‘Masukin…!!! Masukin..!!! Masukin..!!!” gue teriak dengan penuh nafsu, kakek gue malah cuman gerak-gerakin karungnya biar tuh biawak masuk ke karung, lelah melihat keadaan pada akhirnya gue memberanikan diri buat nyekek tuh leher biawak terus gue sendiri yang masukinnya ke karung. Setelah biawak tertangkap, gue lalu muntah dengan suksesnya karena tuh biawak e’ek pas gue pukul, dan e’eknya itu bau banget, baunya sebau taik biawak. Gue duduk di kursi depan rumah sambil ngos-ngosan, para warga datang karena mendengar keributan yang dari tadi gue buat. Biawak itu pun jadi tontonan, dengan kakek gue yang seolah jadi pahlawannya. Lalu kakek gue ngobrol ke orang-orang yang pada nontoni, dia bilang “tadi udah mau saya tangkap tapi dianya lari”. Mau nangkap ? Biawaknya lari ? Yang ada kakek gue yang lari.

Sekarang gue mau bahas yang sejenis dengan biawak, tapi lebih kecil, cicak dan tokek. Ya’ cicak dan tokek, mungkin lo udah biasa ngeliat cicak di rumah, tapi gue yakin lo pasti enggak pernah ngelakuin hal yang gue lakuin. Jadi waktu itu pas gue kelar makan terus gue nyuci tangan di wastafel, gue liat botol coca-cola ukuran gede yang kosong dan di dalamnya ada seekor cicak dan tokek. Entah apa yang gue pikirkan saat itu, tapi botol berisikan tokek dan cicak itu tanpa ragu gue isi dengan air di keran sampai memenuhi seperempat botolnya. Setelah berisi air, botol itu gue taroh di frezzer, lalu tuh botol gue tinggal tidur, esoknya pas mau sholat shubuh gue cek tuh cicak dan tokek, ternyata beku ! Ya iyalah beku ! Orang dimasukin ke frezzer, pas mau ngambil wudhu gue keluarin tuh botol, gue taroh di samping rumah, dan sampai sekarang itu botol masih ada dan air di dalam botol yang tadinya putih malah jadi merah, entah kenapa, yang jelas itu air kayaknya enggak bagus untuk ibu-ibu hamil.

Ya itulah tadi sekilas tentang hewan-hewan yang mampir ke rumah gue.