Laman

Rabu, 06 Januari 2016

"Move On (Pindah Hati Pindah Pribadi)

Ada yang susah move on ? Atau ada yang ingin berubah ?

“Pindah !”

Satu-satunya alasan kenapa gue menulis tulisan ini adalah karena keresahan seorang cewek, temen SMP gue yang pingin “move on”. Bicara soal move on artinya bicara soal pindah, pindah hati. Satu kata dari gue buat move on adalah “BERAT”, sebab melepas masa lalu artinya menempuh hidup baru, dan kehidupan baru itu bukan dijalani tapi diciptakan, sebagaimana perkataan Rangga Almahendra yang diperankan Abimana Aryasatya suami dari Hanum Salsabiela Rais yang diperankan Acha Septriasa dalam film “99 cahaya di langit Eropa (part II)” saat dia berpidato di hari kelulusannya, dia menutup pidatonya dengan mengatakan “masa depan itu bukan untuk ditunggu, tapi diciptakan”, setelah kehidupan baru tercipta barulah kita bisa menjalaninya.

Pindah itu sebuah keharusan, mau enggak mau, suka enggak suka, semua orang harus pindah dari masa lalunya sebab waktu tak pernah berjalan mundur, semua orang harus maju sebagaimana waktu, apapun dan bagaimanapun caranya. Seperti sekawanan kuda zebra di Afrika yang setiap tahunnya berpindah tempat untuk kehidupan yang lebih baik, mereka diburu singa di daratan, lalu kumpulan buaya telah menghadang saat mereka akan menyebrangi sungai, dengan semua resiko itu tak seekorpun dari mereka yang menetap, sebab mereka harus pindah, agar kehidupan dapat terus berjalan.

Raditya Dika di dalam bukunya yang berjudul “Manusia Setengah Salmon” dia menuliskan ;

Sewaktu lagi menulis buku ini, gue mengalami banyak perpindahan.

Gue mengalami pindah hubungan dengan nyokap gue. Seiring dirinya yang semakin tua, hubungan gue dengan dia semakin erat.

Ketika lulus kuliah, gue mengalami perpindahan ke dunia nyata yang semakin sengit. Ketika gue masuk ke dunia nyata, gue mengalami perpindahan cita-cita. Gue juga mengalami pindah rumah, yang tadinya di Blok S sekarang di Cipete. Gue mengalami perpindahan selera, yang tadinya tidak nyaman tinggal di rumah menjadi selalu kangen rumah kalau pergi jauh.

Hidup sesungguhnya adalah potongan-potongan antara satu perpindahan satu dengan yang lainnya. Kita hidup di antaranya.

Seorang teman pernah cerita, terakhir kali dia kumpul-kumpul sama temannya, dia merasa out of place. Teman-temannya membawa kereta dorong berisi bayi. Sementara temen gue ini dia masih single dan belum punya pacar. Teman-temannya yang lain pada ngomongin cara merawat anak dan popok apa yang pas, sedangkan dia seumur hidup belum pernah megang popok.

Seorang teman lain baru lulus kuliah, dan bapaknya yang sudah tua sering sakit-sakitan. Kerjaan dia sekarang, selain bekerja dari rumah, adalah melakukan baby sitting, nungguin bapaknya di rumah, ngurusin bapaknya mulai dari obat sampai menemani di kamar waktu malam hingga sang bapak bisa tertidur. Dia bilang, ‘Dulu, gue yang diurusin, sekarang gue yang ngurusin bokap’. Peran yang dulu dilakukan oleh bokapnya ke dirinya, sekarang menjadi terbalik.

Pindah juga menyangkut urusan hati.
Seorang teman lain menraktir gue baru-baru ini karena mampu melupakan mantan pacarnya. Ini adalah perjuangan luar biasa bagi dia yang hampir selama dua tahun belakangan masih terus dibayang-bayangi mantan yang meninggal terlalu cepat.

Tidak hanya hal-hal yang tadi, kalau mau dipikir-pikir, bagian-bagian dalam tubuh kita juga pindah. Gerakan peristaltik ketika menelan makanan membuat sarapan pindah dari mulut ke kerongkong dan akhirnya menuju lambung. Sel darah merah berpindah sejak mulai dipompa jantung hingga menyebar ke seluruh bagian tubuh. Bakteri di dalam sistem pencernaan pindah dari usus kecil ke usus besar.

Benda mati juga berpindah-pindah. Mobil pindah setiap hari, debu-debu kecil di rumah terbang ketika ada angin, bahkan dalam skala yang paling kecil elektron berpindah-pindah, berputar mengelilingi proton dan neutron dalam sebuah atom.

Dan…, foto mesra sepasang kekasih bisa pindah dari pigura ke tempat sampah sehabis mereka putus.

Itulah apa yang dituliskan Radit di dalam bukunya. Dari situ gue belajar bahwa hidup memang segala hal tentang perpindahan, enggak cuman sekedar pindah hati, tapi juga perpindahan pribadi, perpindahan gue dari yang enggak pernah sholat jadi gelisah kalau belum ngerjain sholat, yang dulunya siswa sekarang jadi santri, yang dulu nganggap cinta itu adalah luka sekarang nganggapnya karunia, yang dulu rambutnya bisa dijambak sekarang sudah botak, yang dulunya Muhammad Fadhil sekarang menjadi Ahmad Dha’il.

Dan satu lagi perpindahan yang harus gue ciptakan, perpindahan dari maksiat jadi taubat, dari cowok bangsat menjadi cowok taat. Semoga aja, ameen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar